Menjadi Ibu #1
Oktober, 2023
Aku melahirkan anak pertamaku dengan metode eracs. Lebih tepatnya emergency eracs. Saat melahirkan menjadi momen yang sungguh tidak terlupakan. Proses yang berjalan sangat cepat dan terkesan terburu-buru. Seperti balapan lari yang harus sampai finish dalam hitungan waktu tertentu. Kalau dipikirkan ulang ternyata sangat melelahkan.
Awalnya H-1 HPL aku jadwal kontrol di puskesmas. Saat itu bidan puskesmas menyatakan bahwa tunggu dulu saja ya kalau memang sudah lewat HPL baru kami berikan surat rujukan ke rumah sakit. Coba 3 hari lagi kembali ke sini apabila belum ada tanda-tanda akan melahirkan. Setelah 3 hari belum ada tanda aku dan suami kembali ke puskesmas tanpa banyak pertanyaan kami diberikan surat rujukan ke salah satu RS di Yogyakarta. Di hari yang sama kami langsung menuju RS dan ternyata tidak ada pelayanan BPJS untuk pemeriksaan kandungan di hari itu kami diminta datang hari berikutnya.
Singkat cerita kami datang kembali dan bertemu dokter kandungan. Hasil USG menyatakan berat bayi sudah 3.5 Kg dan karena sudah lewat HPL dan BB cukup banyak besok kembali ke sini untuk melahirkan dengan induksi ya bu. Secara spontan aku bertanya apakah tidak langsung saja hari ini karena segala perlengkapan melahirkan pun sudah kusiapkan dan kubawa. Si ibu dokter menyatakan tidak usah besok sore saja. Alhasil kami pulang lagi dan bersiap untuk kembali lagi hari berikutnya untuk melahirkan dengan induksi. Sepanjang perjalanan ke rumah hingga keesokan pagi aku memberikan afirmasi yang baik untuk diriku sendiri agar siap induksi, agar kuat, agar mampu sebab aku tahu induksi sakitnya luar biasa. Sore tiba dan aku berangkat ke RS bersama suami, mamaku, dan ibu mertua. Sesampainya di RS drama-drama pendaftaran mulai terasa. Rasanya sebal, hatiku was-was, tingkat kecemasan ku naik cukup pesat 8/10. Setelah drama terlewati aku diminta menuju ruang bersalin.
17.45 WIB
Aku masuk ruang bersalin di lantai 2. Masuk ke ruangan yang ramai nakes dan kemudian salah satunya meminta ku masuk ke suatu ruang yang lain. Di ruangan itu nampak sepi dan kudapati satu perawat jaga. Perawat itu kemudian membawaku ke satu kamar yang dibagi dua tirai. Aku diminta menunggu 5 menit untuk menunggunya menyiapkan alat CTG, CTG ini alat untuk rekam jantung bayi. Aku di CTG 20 atau 30 menit. Setelah proses CTG dinyatakan bahwa kecepatan jantung anakku sangat tinggi dan si perawat berkoordinasi dengan dokter kandungan ku via chat WA.
18.15 WIB
Perawat itu meminta ku menunggu di tempat sembari si perawat mendapatkan jawaban dari dokter. Apabila aman aku akan segera dipasangkan infus dan dimasukkan obat induksi
18.30 WIB
Mama dan ibu mertua ku akan keluar untuk sholat maghrib namun saat akan keluar kamar perawat itu menahan keduanya. Meminta suami bertahan di dalam kamar dan kedua ibuku masuk kemudian secara mengejutkan ia menyampaikan bahwa aku harus segara mendapatkan tindakan emergency cesar eracs hal itu karena detak jantung bayiku yang tinggi sangatlah berbahaya apabila tidak dikeluarkan dengan segera, katanya bayiku meronta ronta minta tolong agar segera dikeluarkan.
Ohhh Tuhan. Apakah ini? Terasa janggal di telinga kami. Ibu dan suami ku bertanya-tanya apakah harus langsung cesar, apakah tidak menunggu dulu dan atau lainnya? Jawabannya tidak. Pukul 19.00 WIB harus segera operasi. Saat itu perutku terasa kencang, hatiku tidak karuan dan seketika ingin menangis. Aku langsung dipasangkan infus tapi aku meminta agar bisa sholat maghrib terlebih dahulu. Selesai sholat buru-buru perawat itu memberikan ku baju operasi, memasang infus dan segala persiapan operasi lainnya.
19.00 WIB
Aku dibawa ke kamar operasi. Suamiku tidak boleh ikut masuk. Aku masuk ruangan itu. Ruangan yang lumayan besar dengan suhu 22 derajat celcius. Aku dibius dan diajak bicara dokter anastesi satu topik menarik yang detik itu juga membuatku ingin lari tapi tak mampu. Proses terus berjalan. Bagian perutku ke bawah sudah mati rasa tapi aku terasa ketika dipasang kateter, perutku dibuka dan bayiku diambil aku terasa tapi memang tidak sakit. Aku mendengar semua percakapan dokter, asistennya dan para perawat tapi aku hanya bisa berdoa, dan jujur sangat mengantuk tapi aku tidak diijinkan tidur.
19.45 WIB
Anakku lahir. Perempuan. Sehat, lengkap dan suara tangisnya kencang. Seketika air mataku mengalir saat putri kecilku diletakkan di atas dadaku. Duniaku seperti berhenti. Ada bayi kecil di depanku, ku cium perlahan ia perlahan berhenti menangis dan tenang di atas dadaku. Tak berhenti kurapal syukur atas hadirnya. Setelah 10 atau 15 menit bayiku dibawa ke kamar bayi untuk dicek dan lain sebagainya. Proses menjahit selesai dan aku dibawa ke kamar transit sebelum dibawa keluar aku tanyakan pada dokter : Apakah nanti saya akan menggigil? Ia menjawab: Bisa iya, bisa tidak ibu tergantung kekuatan tubuh ibu menahan reaksi pasca operasi. Alhamdulillah aku tidak menggigil.alhamdulilah sekali
Selesai melahirkan
Mamah masuk ke kamar menemuiku dan mengucapkan selamat karena semua sehat. It's okay semua sudah Allah beri mudah. Lalu berurutan masuk menemuiku dari ibu mertua, bapakku yang ternyata sudah menyusul ke RS dan suamiku. Bahagia bertambah saat suamiku menunjukkan foto dan video putriku sebelum di adzan kan. Setelah beberapa waktu mama, bapak dan ibu mertua pulang. Suamiku menungguku dan bius ku perlahan hilang. Bayiku esok pagi baru akan dipertemukan lagi dengan ku apabila semua baik.
Alhamdulillah keesokan harinya aku telah ke bangsal dan bayiku seluruhnya normal hingga bisa bersanding denganku hingga kami diijinkan pulang.
To be continue..
Komentar
Posting Komentar